Best games tidak hanya diukur dari segi teknis seperti grafis atau alur cerita, tetapi juga dari bagaimana game tersebut mampu membentuk komunitas global yang aktif dan solid. Game-game terbaik biasanya memiliki daya tarik asiagenting universal yang bisa menjangkau pemain dari berbagai belahan dunia dan latar budaya yang berbeda. Ketika sebuah game mampu menyatukan para pemain ke dalam satu ekosistem sosial yang kuat, ia tidak lagi sekadar hiburan, tapi juga fenomena budaya.

Contoh nyata dari kekuatan komunitas adalah “Fortnite.” Game battle royale ini dengan cepat menjadi best game global bukan hanya karena gameplay-nya yang cepat dan seru, tetapi karena kemampuannya membangun interaksi sosial melalui fitur seperti emote, event langsung dalam game, dan kolaborasi lintas industri seperti dengan Marvel atau Star Wars. Fortnite mengubah definisi permainan menjadi ruang sosial digital tempat jutaan pemain terhubung dan berinteraksi secara real-time.

Hal yang serupa juga terjadi dengan “Genshin Impact,” yang sukses memikat gamer dari berbagai negara dengan dunia terbuka bergaya anime, sistem gacha, dan dukungan lintas platform. Meskipun berasal dari Tiongkok, game ini dengan cepat menembus pasar global karena pendekatannya yang inklusif dan terus memperbarui konten. Komunitas online-nya berkembang pesat dan menjadi tempat diskusi strategi, eksplorasi cerita, dan bahkan karya seni buatan penggemar.

Keberhasilan best games seperti ini menunjukkan bahwa kekuatan terbesar dalam dunia game modern terletak pada bagaimana sebuah game membentuk komunitas. Pemain tidak hanya ingin bermain, tetapi juga menjadi bagian dari dunia yang lebih besar, di mana mereka bisa berkontribusi, membangun reputasi, bahkan menemukan teman baru. Ketika elemen-elemen ini bersatu, maka sebuah game layak disebut yang terbaik.